Introduction as a Human

Developer

I re-write this post using Indonesian language. 😂

Hai, hari ini saya ada penerbangan ke negara antahbrantah yang bernama Indonesia. Apakah Anda tahu namanya, namanya tidak asing kan? tapi, sebenarnya itu tidak ada sama sekali/hampir di desa-desa terpencil nama itu sedikit banyak tidak hadir di dalamnya.



Indonesia adalah bagian dari desa saya


lanjutaaan .. [18/9/2022]


Setelah tiba di Jakarta pada jam 1 malam, saya terjebak dengan transportasi ke rumah saya, dan kemudian saya memutuskan untuk tinggal dua jam untuk tidur di bandara (Soekarno-Hatta). Ketika saya bangun jam 3 malam, transportasi masih sulit dijangkau karena saya ingin menggunakan GoCar (gojek) bukan taksi tradisional.

Melihat-lihat dan berbicara dengan orang lain di luar bandara, disana saya menemukan seseorang yang perlu segera pergi ke rumah sakit di cirebon dalam rangka pengobatan patah tulang, seorang ibu-ibu yang membawa suaminya (yang patah tulang, bukan hati). Ibu-ibu tersebut ternyata dari penerbangan yang sama dengan saya, yaitu dari malaysia hanya berbeda waktu keberangkatan.

Alhasil saya sebagai manusia mencoba mencari orang cirebon yang dulu sempat antar jemput bandara sebagai pekerjaan sampingan sedangkan pekerjaan utamanya antar-jemput barang, 30 menit ku tak ada jawaban dan akhirnya saya putuskan untuk memberi tahu ibu tersebut kalau yang bersangkutan belum ada kabar.

Pindah obrolan dengan pedagang yang disana, topik obrolan berganti dengan awalan (basa-basi) dari mana?. Dan berlanjut dengan tenaga kerja asing (chino murni) yang dalam beberapa minggu lalu ramai berdatangan di jam-jam tengah malam, bergerombolan perkelompok-kelomok menggunakan bahasa mandarin yang dari penilaian pedagang tersebut kalau mereka adalah tenaga kerja kasar 😂 . Kata pedangang kartu telepon tersebut mereka meminta untuk buatkan kartu yang masa tenggangnya sampai 1 tahun, tapi di aturan jika dia tanpa menggunakan passport pekerja (alias hanya pelancong atau touris) itu hanya 3 bulan maksimal, dan akhirnya pekerja tersebut menelpon pihak perusahaannya dan nego tapi gagal, akhirnya tak terjadi transaksi kartu telepon tersebut.

Saya pulang sampai rumah pukul 4 pagi, terpaksa menggunakan taksi tradisional yang mau di bayar pakai ringgit malaysia, walau sempat debat masalah total harga, yang mana sudah saya lebihkan tapi dia salah menghitung dan mengira itu kurang dari harga yang dia tentukan. Tempat pesinggahan awal di setiap daerah negeri ini, selama pengalaman hidup saya selalu ada orang-orang yang seperti itu, pencari rezeki dengan tipu menipu. Tidak semua tapi ada.


Sekian.


© 2023, ngrhadi
Jambi, Indonesia